<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://draft.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d31930537\x26blogName\x3dDandelion+tersenyum...\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLACK\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://dandelion-tersenyum.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_US\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://dandelion-tersenyum.blogspot.com/\x26vt\x3d-5431719475258655919', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>

Dandelion tersenyum...

Ingatlah, dunia ini adalah jalan, sebuah jalan tempat manusia melewati siang dan malam; dan hari kemudian adalah tempat tinggal yang abadi. Jangan pergi kesana dengan beban dosa dan kebusukan, dihadapan Yang Mahatahu segalanya tentang mu.Hisablah dirimu sebelum di hisab. ( Imam Ali bin Abi Thalib, Nahjul Balaghah )

 

Sekali lagi tentang waktu...!

Bismillahirrahmaanirrahiim

Jam 6.30 pagi…Dengan langkah semangat, hari ini aku mengawali aktivitas rutinku. Bekerja. Dengan diawali kaki kanan ku, aku melangkah keluar rumah diiringi dengan membaca Bismilaahi tawakkaltu 'alallahi wa laa hawla wa laa quwwata illaa billaahi, serta dengan harapan semoga hari ini adalah hari yang penuh berkah. Amin.

Hmmm…dah sepuluh menit aku menunggu angkot yang biasa aku tumpangi untuk pergi bekerja di terminal, tapi tak satu pun yang nongol. “Pasti macet nih…” pikirku dalam hati. Alhamdulillah lima menit kemudian, akhirnyah nongol juga tuh angkot. Hup, dengan cepat aku naik beserta beberapa penumpang lainnya yang sudah lama menunggu sama seperti diriku.

Dasar Tangerang, rasanya aneh kalo gak macet. Dikarenakan ada perbaikan jalan di daerah Jati, waduh macetnya parah bener. Dengan naluri supir angkot yang dah berpengalaman, pak supir mengambil inisiatip untuk mengambil jalan pintas. Tetapi, saking parahnya, jalan pintas pun ikutan macet. Lha, gimana inih ? seseorang muncul dengan kuasa nya sebagai seorang “polisi cepekan” bilang “wah pak, mendingan muter ke jalan sana, macet total kalo lewat sini…!” dengan tampang bingung pak supir angkot memutar arah. “wah ini nanti lewat mana yah ?” kata pak sopir bingung. “emang belom pernah lewat sini ya pak ?” tanya seorang bapak-bapak yang duduk disebelahnya. “takutnya ini malah balik lagi ke Cimone…” kata pak sopir dengan cengar-cengir nya yang diikuti oleh suara ketawa para penumpang. “Dah, ikuti ajah angkot yang didepan…walopun kayaknyah sama-sama bingung” pak sopir bicara sendiri. “Ooo ternyata lewat Sabar Subur toh…(sebuah toserba di daerah Jati)” kata pak sopir yang sepertinya mendapat cahaya bola lampu di kepala nya…ting….!

Alhamdulillah, akhirnyah bebas juga dari kemacetan (hal yang selama ini berhasil membuat orang seperti ku jadi BeTe !!!). kulirik jam yang dengan antengnya melingkar di pergelangan tangan kiri ku. Wew…jam 07.00 !!! mudah-mudahan di Jatake nanti gak macet (doa ku dalam hati…) tapi ternyata, macetnya tak kalah parah nya dengan macet yang sebelumnya. Waaaaa…aku berteriak dalam hati. Jurus terakhir musti dikeluarin nih...Jalan Kaki. Set…set…set…dengan gesit aku menghindari para pengendara motor yang sedang mencari celah untuk di lewati. Bersyukur juga, aku memiliki kemampuan berjalan dengan cepat…xixixixi. Tek…ternyata saking macetnyah, buat pejalan kaki pun ikutan macet. Tengok kanan-kiri, gak ada celah, satu-satu nya jalan yaitu menjadikan tenda tukang bubur ayam sebagai tempat numpang lewat…xixixixi. Tenda disibak, ada beberapa orang yang sedang asyiknya menyantap semangkuk bubur ayam melihat ke arah para pejalan kaki yang melintas di depan mereka. Dan yang bikin lucu nya lagi, mereka pake nawarin segala…”bubur pak…bubur buk…bubur neng…” kata bapak-bapak yang sedang makan bubur dengan kompaknya. Tentu saja semua pejalan kaki, termasuk aku pada tertawa. Ditambah lagi tukang bubur ayam yang terlihat heran tendanya dijadikan sasaran bagi para pejalan kaki, berpromosi rada maksa “yang lewat sini harus beli…!” kontan saja mereka yang lewat nambah tertawa.

Hup…hup…aku menghindari lobang-lobang galian jalan yang masih menganga dipinggir-pinggir jalan Jatake. Fuih…pemanasan sebelum kerja. Terlihat ada angkot jurusan Cimone-Balaraja yang berputar arah. Dengan berlari-lari aku mengejar si angkot, dengan harapan bisa mendapatkan tempat duduk. Alhamdulillah, perjalanan di lanjutkan. Kurang dari 10 menit, sudah sampai di tempat pemberhentian pertama. Kulirik jam yang ada di lengan tangan ku. Waaaa…setengah delapan. Kenapa waktu begitu cepat yak ? menunggu sebentar, tak lama kemudian kendaraan yang biasa aku tumpangi lewat. Perjalanan pun dilanjutkan lagi. (Balaraja…here I come…) Hmmm…aku memang bekerja di tempat yang sangat jauh dari tempat aku kost. Butuh waktu 1.5 jam untuk sampai kesana. Dan 15 menit kemudian sampailah di Balaraja. Dari situ aku naik angkot satu kali lagi untuk sampai kekantor ku.

Waduh, 15 menit lagi nih. Mudah-mudahan gak telat, doaku dalam hati. Alhamdulillah jam delapan kurang lima menit aku sampai di pintu gerbang kantorku. Petugas security yang melihat kedatanganku, menahanku sebentar sambil melirik jam dinding yang ada di pos security. “untung belum telat…dah boleh masuk, tumben jam segini baru dateng ?” kata petugas security. Aku hanya tersenyum. Dan bergegas menuju tempat dimana aku akan berada seharian disana. Terbayang sudah, kalo hari ini gak sempat untuk sarapan…T_T

Saat ini aku berfikir. Betapa berharganya waktu. Jika di tengok pada kehidupan, mungkin kebanyakan dari kita menggunakan waktu seperti orang yang terjebak dalam kemacetan. Kebanyakan dari kita menghargai waktu ketika kita mengetahui bahwa jika kita terlambat, akan ada konsekuensi yang harus ditanggung. Misalnya terlambat datang kerja. Konsekuensinya, bos akan marah. Itu hanya sebagai contoh kecil.

Tetapi, mengapa kita justru menghargai waktu karena takut akan kemarahan bos kita. Dan lupa akan kemarahan “Bos” semesta alam ini karena kita lalai akan waktu kita di dunia ini. Seperti hal nya orang terjebak kemacetan, memburu waktu supaya kita tidak terlambat. Namun sayang kita hanya memanfaatkan waktu kita hanya disaat kita sedang dalam keadaan sempit, terdesak dan kita hanya punya satu kesempatan terakhir, dan bersantai ketika kita dalam keadaan lapang. Membuang-buang waktu dengan melakukan suatu hal yang tidak jelas manfaatnya. Tatkala gigi sudah satu persatu meninggalkan gusinya, tatkala rambut sudah memutih, tatkala kulit tlah keriput, dan…tatkala disaat ajal hampir datang menjemput, kita baru sadar untuk memanfaatkan waktu yang tersisa…agar kita bisa memasuki pintu-pintu rahmat-Nya belum tertutup rapat, seperti halnya aku mengejar waktu agar aku bisa masuk sebelum pintu gerbang kantorku tertutup.

“Demi masa, Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS. Al-‘asr :1-3)

Ya dzal jalali wal ikram…bimbinglah hamba dalam melalui hidup ini, karena hamba yakin bahwa hidup adalah kumpulan dari rajutan-rajutan waktu yang engkau ciptakan. Bantulah hamba dalam menyingkap tabir misteri di setiap waktu yang hamba lalui…hanya untuk selalu dekat dengan Mu. Jangan biarkan kau tutup pintu gerbang rahmat-Mu , sebelum hamba masuk kedalamnya. Amin.

 

for this post

Leave a Reply